Powered By Blogger

Analisis Naskah Drama

Kamis, 15 Desember 2011

Kedudukan Tokoh Perempuan dalam Drama
Bunga Rumah Makan Karya Utuy Tatang Sontani dan dalam Drama
Bulan Muda yang Terbenam Karya La Ode Balawa

Oleh
NurmaYunita
Alamat: Jln. H.E.A Mokodompit, KampusBaru, LorongPelangi, Kendari
Telepon 085255164025
Email: nurma.yunita11@yahoo.co.id

Abstrak

    Drama tidak seberkembang karya sastra jenis prosa dan puisi sebagaiman kita tahu saat ini. Jenis dan kuantitas drama pun masih sangat sedikt yang berhasil diciptakan para sastrawan dan kebanyakan dari drama tersebut adalah drama hasil terjemahan dimana drama dari luar Indonesia yang diterjemahkan oleh sastrawan kita. Sastrawan pada dasarnya mencipta puisi sesuai keadaan pada masa dimana ia berhasil mencipta drama itu dan sebagaimana pula prosa drama pun memiliki unsur-unsur pembentuk prosa khususnya dalam pandangan fiksi dimana salah satunya tokoh. Tokoh, kita tahu hanya diperankan oleh laki-laki dan perempuan dan kedudukan perempuan dalam dramalah yang menjdi menarik untuk dikaji secara mendalam. Sebagaimana eksistensi kaum perempuan, sangat jelas dan kontras kedudukan perempuan dalam drama karangan perempuan sendiri dan drama karangan sastrawan laki-laki. Dalam kehidupan nyata masyarakat, kaum perempuan diperlakukan dengan tidak memberikan kebebasan kepada mereka untuk berkembang sebagaimana kaum laki-laki dan  gambaran ini pulalah yang terdapat dalam drama khususnya dalam drama karangan sastrawan laki-laki tentang kedudukan perempuan namun sedikit bebeda dengan kedudukan kaum  perempuan dalam drama karangan perempuan sendiri dimana kaum perempuan digambarkan dengan telah memiliki kebebasan mengekspresikan pendapat mereka dan telah memilki sikap yang tega dalam hal mengatur dan memandang hidup mereka. Gambaran semacam inilah yang sedang terjadi saat ini dimana perempuan telah bangkit dan memperjuangkan hak-hak mereka di depan kaum laki-laki menuntut kesetaraan gender antara kaum perempuan dan kaum laki-laki.


          Karya sastra adalah hasil tiruan atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan sekelilingnya. Bayak orang yang dengan sengaja  menciptakan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata dengan imajinasi yang mereka miliki dalam alam pikirannya. Dan hal inilah yang memicu semakin berkembangnya karya sastra di dunia. Karya sastra tidak hanya terdiri dari prosa dan puisi seperti yang kebanyakan orang kenal namun drama juga termasuk di dalamnya. Drama memang tidak seterkenal prosa dan puisi sebagaimana realita yang ada saat ini dimana sangat jarang kita mendengar berita-berita di media massa tentang sastrawan yang berhasil menciptakan naskah drama baru dengan judul-judul yang memicu rasa ingin tahu sebagaimana  seringnya kita mendengar munculnya pencipta karya sastra prosa dan puisi baru dengan karya-karya yang semakin berkualitas. Selain itu, sedikitnya sastrawan yang beminat mencipta naskah drama dan hanya lebih mementingkan dalam hal pementasan walau pada dasarnya drama memang diciptakan dengan tujuan seperti itu menjadi salah satu penyebab kurang berkembangnya drama. Di Indonesia, sangat sedikit sastrawan yang kita tahu berhasil menciptakan naskah drama dengan hasil yang berkualitas dan walaupun mereka mencipta drama, drama mereka tak seterkenal karya prosa dan puisi yang mereka ciptakan. Ketidakbiasaan masyarakat dalam membaca drama sebagaimana kesenangan mereka dalam mebaca prosa dan puisi juga menjadi salah satu penyebab tidak dianggapnya atau disepelekannya drama dalam kehidupan masyarakat. Realita seperti itulah yang sedang terjadi saat ini dimana pekembangan drama tidak seberkembang karya sastra lain seperti prosa dan puisi maka tidak mengherankan jika banyak sastrawan yang berkoar-koar berusaha memicu semangat para sastrawan muda untuk memicu semangat berkarya mereka. Dan hal ini pulalah yang menjadi alasan penulis mengkaji hakikat isi  dari beberapa drama yang mengkhususkan pada pengkajian atau analisis kedudukan tokoh perempuan dalam drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani dan dalam drama Bulan Muda yang Terbenam.

          Dalam hal pengkajian isi atau hakikat yang terkandung dalam sebuah karya sastra, drama tak ubahnya karya sastra lain seperti prosa dan puisi. Drama termasuk dalam karya fiksi sebagaimana karya sastra prosa yang memiliki latar, alur, tokoh, penokohan, dan bagian-bagian unsur intrinsik lainnya. Sebagaimana pengkhususan kajian ini yaitu pada kedudukan tokoh perempuan dalam drama, kita tahu bahwa tokoh dalam karya sastra pada umumnya diperankan oleh laki-laki dan perempuan. Dalam pengkajian ini akan banyak membahas tentang kedudukan perempuan  dalam drama yang dihubungkan dengan kedudukan perempuan dalam kehidupan nyata.
Perempuan adalah sesosok mahluk yang dianggap rendah oleh sebagian golongan kaum laki-laki. Dimana mereka beranggapan perempuan tak pantas memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari laki-laki di kehidupan sosial. Mereka memperlakukan wanita dengan seenak hatinya tanpa mempedulikan rasa sakit dan menjadikan wanita sebagai bahan atau alat kesenangan mereka semata. Realita inilah yang dulu terjadi dalam kehidupan perempuan di belahan dunia manapun termasuk di Indonesia dan bahkan masih juga terjadi di masa yang semodern ini.Rrealita yang kita tahu saat ini, dimana kejadian di masa lalu ikut mempengaruhi kedudukan perempuan di masa sekarang termasuk mempengaruhi kedudukan tokoh perempuan dalam naskah drama dan hal ini menjadi alasan mengapa kedudukan tokoh perempuan dalam drama penting untuk dikaji dan di analisis terutama untuk membandingkan kedudukan tokoh perempuan  dalam drama yang diciptakan oleh perempuan sendiri yaitu drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani yang merupakan drama nasional dan dalam drama Bulan Muda yang Terbenam karya La Ode Balawa yang merupakan pencipta drama lokal dari kaum laki-laki.

          Dalam drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani secara khusus menceritakan tentang  kehidupan seorang perempuan yang bekerja di sebuah rumah makan. Tokoh perempuan dalam drama ini bernama Ani dimana ia merupakan tokoh utama dalam drama Bunga Rumah Makan walaupun ada  tokoh perempuan lainnya yaitu bernama Rukayah dimana ia berperan sebagai teman Ani namun tidak terlalu banyak mengambil peran dalam drama ini. Dalam drama ini para tokoh laki-lakinya mencoba memperlakuan tokoh perempuan terutama tokoh Ani sesuai keinginan mereka walaupun tidak separah keinginan para laki-laki yang tidak memiliki perasaan sebagaimana yang ada dalam pikiran kaum perempuan . Namun, Ani tetap meyakinkan dirinya melakukan segala hal sesuai keinginanya. Kedudukan perempuan dalam drama ini digambarkan pengarang sesuai dengan kedudukan perempuan pada masa itu dimana perempuan sudah mulai mengikuti keinginan mereka sendiri dan berusaha bebas dari cengkraman kaum laki-laki walaupun pada dasarnya kaum laki-laki masih tetap berusaha menguasai mereka.

…….
Karnaen: Tapi akupun suka melihat masak, An. Apalagi karena dengan begitu engkau akan kian                                        
    jelas kelihatan sebagai wanita yang akan jadi ratu rumah tangga.
Ani:         (pergi mengambil lap di atas gantungan). Ah, mas, bila mendengar perkataan …rumah
        tangga” saya suka gemetar. Saya masih suka bekerja seperti sekarang ini.
    (mengelap radio).

          Dari kutipan ini dengan jelas tergambar bagaimana pengarang menempatkan kedudukan perempuan dalam dramanya. Dimana tokoh perempuan Ani sudah lebih berani atau tidak takut-takut lagi mengungkapkan pendiriannya. Ini berarti bahwa Ani adalah sosok perempuan saat ini dimana ia telah berusaha terbebas dan mengespresikan dirinya sesukanya walaupun belum sepenuhnya. 
          Kedudukan tokoh perempuan dalam drama ini pada bagian-bagian awalnya telah dengan gamblang digambarkan dengan jelas dimana Ani adalah perempuan yang memiliki pendirian yang kuat dan hal ini pun bisa jadi dipacu oleh karakter pengaranya sendiri yaitu Utuy Tatang Sontani dimana ia sendiri adalah seorang perempuan.
              Dalam kehidupan nyata setiap golongan selalu berusaha mengangkat dan membela golongan mereka sendiri sesulit apapun itu. Misalnya golongan waria yang dimana ada salah satu rekan mereka yang disiksa atau dilecehkan maka secara refleks atas dasar dalam satu golongan yang sama yang senasib sepenanggungan maka waria-waria itu pun akan membela rekannya dengan sekuat tenaga walaupun pada dasarnya mereka tahu bahwa mereka dalam jalan yang salah dan tidak diakui. Demikian pula dengan kalangan perempuan apalagi yang pada kenyataannya memang diakui sebagai mahluk yang normal dan sempurna. Mereka berusaha melakukan suatu perombakan dimana dengan tujuan untuk menyamakan kedudukan dengan kaum laki-laki. Berbagai hal dilakukan termasuk dengan membuat organisasi-organisasi yang menjunjung tinggi dan memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Mereka berusaha menghilangkan budaya masa lalu yang menjadikan kaum perempuan sebagai alat kesenangan kaum laki-laki semata. Demikian pula yang dilakukan oleh para sastrawan perempuan termasuk Utuy tatang Sontani dalam dramanya setidaknya ia tidak memperlakukan tokoh perempuan dalam dramanya sebagaimana kebanyakan sastrawan laki-laki mempelakukan tokoh perempuannya sesuai pemikiran mereka tentang kedudukan perempuan yaitu berada di bawah mereka. Namun demikian jika ditilik lebih jauh pengarang belum sepenuhnya menempatkan kedudukan tokoh perempuan dalam drama ini sebagaimana yang diinginkan kaum perempuan saat ini yaitu dapat menjadi pemimpin kaum laki-laki setidaknya kedudukan mereka setara dengan kaum laki-laki. Hal ini terlihat dari status Ani sebagai tokoh perempuan dimana ia hannya menjadi seorang pelayan di sebuah rumah makan. Jika ini memang hanya merupakan refleksi atau tiruan keadaan saat itu maka ini dapat dinyatakan sesuai kekehidupan real masyarakat saat itu dimana pengarang mencoba menggambarkan keadaan masyarakat bawah misalnya dalam drama ini Ani yang pada notabenenya adalah gadis desa yang diboyong Karnaen ke kota untuk bekerja pada rumah makan milik ayahnya.
           Namun demikian, Utuy Tatang Sontani sebagai pengarang tetap berusaha mempertahankan kedudukan wanita yang mulai bangkit dimana digambarkan pada karakter Ani yang dapat dikatakan sebagai tokoh yang keras kepala dan mengikuti kemauannya sendiri. Dan ia juga dapat membela diri dari laki-laki yang berusaha menghinanya. Hal ini terlihat jelas pada adegan ke 13, dimana Iskandar sebagai seorang laki-laki pengangguran yang datang ke rumah makan tempat Ani bekerja dan menghinanya sesukanya. Ani berusaha melawan dengan balik menghina pula.

…….
Ani:        Ya, tidak seperti yang banyak, tidak tahu tentang adat kesopanan, duduk bukan di
         tempatnya duduk.
Iskandar: (merokok). Aku manusia merdeka.
Ani:          Tapi disini rumah makan, bukan kebun tempat pelancong berbuat semaunya.
Iskandar: Pelancongan? Hm, orang boleh berkata sesuka hatinya. Tapi bagiku, lebih baik aku
        disebut pelancongan daripada sepert engkau diam disini untuk bermain sandiwra,    
        mendagangkan kecantikan, menipu laki-laki, supaya mau belanja ke sini.
Ani:        Berani pula engkau menghina aku!


            Dari kutipan ini tergambar jelas bagaimana Ani sebagai tokoh perempuan telah memiliki sikap dan sanggup membela diri di hadapan kaum laki-laki. Dimana laki-laki digambarkan tidak dapat memperlakukan perempuan sesuka hatinya. Sebagaimana yang terkandung dalam ajaran-ajaran agama dimana semua mahluknya diajarkan untuk diperalakkan secara adil tanpa harus membeda-bedakan mereka demikian juga dengan perempuan. Perempuan sungguh amat sangat mulia dan perasa berbeda dengan kaum laki-laki yang cenderung sangar dan ingin ditakuti. Hal ini pun ditunjukan pengarang pada adegan ke 4 dimana ada seorang pengemis yang berusaha meminta sesuatu dan Ani pun memberikannya namun berbeda dengan hal yang dilakukan oleh pemilik rumah makan dimana ia dengan begitu kasar memngusirnya dan mengingatkan Ani untuk tidak melayani pengemis itu lagi. Pada bagian akhir drama sangat jelas pengarang menggambarkan secara nyata kedudukan seorang perempuan yang telah memiliki sikap dimana ia berani keluar dari rumah makan tempat ia bekerja  dan mengacuhkan larangan dan perintah dari laki-laki disekitarnya demi melakukan apa yang menurutnya benar. Maka sangat nyata bahwa kedudukan perempuan dalam drama ini sedikitnya telah merdeka dan bebas dari cengkraman kaum laki-laki. Namun, hal ini sungguh sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kedudukan perempuan dalam drama Bulan Muda yang Terbenam karya La Ode Balawa. Dalam drama ini kedudukan tokoh perempuan masih sangat jauh dari yang namanya merdeka. Dimana salah satu tokoh perempuan yang menjadi tokoh utama dalam drama ini yaitu tokoh Wa Nurani atau yang biasa dpanggil Wani. Drama ini sesungguhnya menceritakan kedudukan seorang perempuan dalam pandangan adat istiadat yang mengatur dan mengikat perempuan tentang bagaimana dan dengan siapa seharusnya perempuan menjalin hubungan serius. Dari sini kita dapat mengetahu dengan jelas bagaimana kedudukan perempuan yang dimana dalam adat saja sudah tidak memberikan kemerdekaan pada perempuan apalagi dalam hal lain. Wani adalah salah seorang anak tetua adat di daerahnya yang kemudian menjalin hubungan cinta dengan laki-laki di kampung seberang yang tidak memiliki kedudukan apapun. Dan orang tua Wani tidak menyetujui hubungan  mereka hanya karena alasan Wani memiliki kedudukan yang berbeda dengan laki-laki tersebut dan orangtuanya sudah terlanjur menjodohkannya dengan laki-laki yang kedudukannya setara dengannya,
          Dalam drama ini  Wani telah diperlakukan secara tidak adil terutama dalam hal yang seharusnya semuanya didasarkan atas keputusannya bukan atas dasar keyakinan orangtuanya.

…….
Wani:             (sambil teriak menahan tangis, datang bersimpuh di kaki Amandanya, Amangkali).
             Ampuni putrimu Amanda. Izinkanlah Nanda merajut tali suci dengan La Domai
             putra Batuatas itu Amanda!
Amangkali:  Diaaammm! (sambil menghempaskan Wani yang memeluk kakinya demi memohon
             belas kasihan). Ingat Wani, jangan sekali-kali kau berani menodai nama baik
             keluarga ini. karena tebusannya hanya darah dan maut. Ingat itu! (sambil beranjak
                    ke luar dengan tergesa-gesa).     

               Dari  kutipan ini dengan jelas pengarang menggambarkan bagaiman kedudukan perempuan di mata orangtua laki-lakinya walaupun ini mengkhususkan diri dalam hal aturan adat istiadat. Wani sebagai tokoh perempuan dalam drama ini tidak memiliki arti apa-apa di mata keluarganya terutama ayahnya yang bersikeras dengan pendapatnya tanpa memikirkan keadaan anak perempuannya. Hal ini bisa jadi merupakan refleksi keadaan masyarakat di daerah tersebut dimana mereka masih dengan begitu teguh memegang aturan adat istiadat mereka yang bahkan dengan rela mengorbankan anak mereka. Mengkhususkan diri dalam mengkaji kedudukan perempuan dalam drama, maka kedudukan tokoh Wani dalam drama karagan La Ode Balawa ini, perempuan seolah tidak diberikan kemerdekaan oleh aturan adat yang mereka anut. Jika dibandingkan dengan kedudukan perempuan dalam drama Bunga Rumah Makan, kedudukan Ani sebagai tokoh perempuan sudah lebih merdeka dibanding dengan Wani walaupun pada dasarnya drama Bulan Muda yang Terbenam lebih mengkhususkan kedudukan perempuan dalam adat. Hemat penulis jika drama ini tercipta dari tangan perempuan besar kemungkinan kedudukan perempuan akan lebih merdeka dan dapat melakukan apa yang dia ingin tanpa harus memikirkan embel-embel aturan adat. Dan demikianlah yang terjadi di kehidupan masyarakt saat ini, dimana para kaum perempuan telah lebih berani mengungkap pendirian dan menunjukkan sikap mereka walau harus bertaruh nyawa. Hal ini pulalah yang coba dilakukan oleh Wani diman ia memilih kawin lari dengan laki-laki yang dicintainya walaupun pada akhirnya ia harus menebusnya dengan nyawanya sendiri.

…….
Wani:            Dengarkanlah Waopu! Aku Wa Nuranim putrid Amangkali, hari ini mengikat   
           sumpah di bawah tujuh lapis bumi, bahwa tidak aka nada yang sanggup memisahkan  
           aku dengan La Domai baik dalam suka dan duka maupun dalam hidup dan mati.
…….
Langkaliti:  Wani…! Wani…! Domai…! La Domai…!!!
           (sambil menuding La Domai yang telah ada di depan matanya).
Wani:      (berdiri menghadang di depan La Domai). Urungkanlah niat yang buruk, Kanda! (kepada
          Langkaliti) Hukumlah adikmu yang nakal ini, Kanda (sambil menahan isak yang tak
          terbendung lagi dari jiwa) karena dindalah penyebab semua malapetaka ini!

             Dari kutipan ini jelas bagaimana Wani menunjukkan sikap dan pendiriannya dimana ia berani bersumpah bahwa tak ada seorang pun yang dapat memisahkan mereka dan pad akhirnya ia rela mengorbankan nyawanya demi perbuatan yang ia lakukan. Dalam drama ini perempuan seolah dimatikan oleh aturan adat di daerahnya. Setiap daerah memang memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang mengatur segala bentuk kehidupan. Namun, jika kita sesuaikan dengan kenyatan saat ini dimana dunia sudah dalam masa yang berkembang maka aturan adat itu sudah tidak sesuai dimana perempuan sudah memiliki wawasan dan sikap yang jelas tentang bagaimana mereka akan bersikap. Dan kaum perempuan pun telah mampu menunjukkan usaha mereka dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Dalam segala hal ternyata kaum laki-laki tetap menganggap perempuan sebagai mahluk yang dapat dikuasai dan diperlakukan semau mereka. Hal inilah yang coba digambarkan dalam drama ini namun tidak sepenuhnya sebab dalam drama ini digambarkan pula tentang sikap memberontak Wani terhadap keputusan hidup yang diambil alih oleh ayahnya.
               Dalam dua drama ini, naskah drama nasional karangan Utuy Tatang Sontani dan drama lokal karangan La Ode Balawa sangat jelas bagaiman perlakuan mereka terhadap kedudukan perempuan dalam drama yang mereka ciptakan. Dimana dalam drama Rumah Makan perempuan telah diperlakukan sebagaimana mestinya walaupun kedudukan atau derajat ataupun status sosialnya masih berada di bawah laki-laki namun pada hakikatnya demikianlah kodrat wanita seharusnya dan demikian pula yang terdapat dalam ajaran agama setiap manusia yang menganutnya. Kehidupan perempuan pun digambarkan dengan lebih baik dimana tokoh perempuan dalam drama ini tidak lagi bergantung pada  kaum laki-laki atau dengan kata lain telah memiliki mata pencaharian sendiri dan sikap mereka pun digambarkan lebih baik dari kaum laki-laki  yaitu tergambar memiliki jiwa perasa dan penolong berbeda dengan sebagian kaum lelaki yang angkuh dan sombong.  Namun bebeda dengan dalam drama Bulan Muda yang Terbenam, dimana dalam drama ini perempuan masih sangat tertekan khususnya dalam ikatan aturan adat. Perempuan dhilangkan haknya untuk memilih pasangangan hidup sesuai keinginannya hanya karena aturan adat yang mengharuskan kaum perempuan yang berderajat harus menikah dengan seseoarang yang sederajat dengan mereka. Di sini pengarangnya menggambarkan kedudukan perempuan sebagaimana kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat dimana  digambarkan pula pada akhirnya tokoh perempuan memiliki sikap untuk melawan dan mengikuti keinginannya sebagaimana yang ia yakini dan perjuangkan. Sikap seperti inilah yang dimiliki perempuan-perempuan saat ini, mencoba hengkang dari ikatan adat istiadat dan berusaha menyetarakan derajat dengan kaum yang merasa diri mereka penguasa dan dapat memiliki apapun yang mereka mau dengan tetap menempatkan kaum perempuan di bawah ketiak mereka.

Daftar Pustaka

Balawa, La Ode. Drama Bulan Muda yang Terbenam.
Damono,  Sapardi Djoko. 2010. Drama Indonesia. Ciputat: Editum
Hidayat, Ahid. 2009. Kontrapropaganda dalam Drama Propaganda Sejumlah Telaah. Kendari: FKIP Unhalu.
La Niampe dan Sumiman Udu. 2008. Teori sastra. Kendari: FKIP Unhalu.
Sinton, Utay Tatang. Drama Bunga Rumah Makan.

Riwayat Singkat Penulis

Nurma Yunita, lahir di Lolibu, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, 05 April 1989. Ia berhasil menamatkan sekolah menegah pertamanya di SMP Negeri 3 Lakudo yang terletak di Buton. Iakemudian melanjutkan pendidikannya di Gorontalo yaitu di SMA Negeri 3 Gorontalo dan lulus pada tahun 2008 lalu. Setelah dinyatakan lulus ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dan kini ia menjadi salah satumahasiswa angkatan 2008 di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan   di Universitas Negeri Haluoleo.

0 komentar:

Posting Komentar


wYmiNoZ saRaNghaE^^ Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino